Rabu, 25 Februari 2009

Tanpa Qsadari

yang Qtahu , hatiMu bagai terbang
yang Qtahu , Kau anggap Qbiasa saja
yang Qtahu , senyum itu tak istimewa
jika Kau pandangi aQ
makin takut diriQ tuk bertindak
Qtakut jika terlihat lemah
tolong . . . jangan pandang aQ dengan sorot itu
tolong . . . redam aQ dengan lantunan syahdu
tanpa Qsadari,
kita jauh . . .
makin jauh . . .
kian jauh . . .
namun dia berkata
“ kau istimewa dihadapanNya ”
Q termangu
tak pernah Qsadari , kita dulu begitu menyatu
tak pernah Qsyukuri , Kau yang selalu melapangkan jalanQ
terimakasih , Kau selalu ada walau Qtak sempurna
Akhirnya

“ maaf aku tak pernah menggubrismu “
aku selalu berkata begitu didalam relungku
tiap kali kau lantunkan gemercik tawamu
jiwaku berada pada titik nol
ragaku senyap tanpa energi
kututupi itu semua dengan tumpukan hikayah lama
hikayah – hikayah itu , tutupi kekuranganku
hingga ku tak menggubrismu
ku alami pergantian baru
berjalan lama namun belum kupahami
tak ingin kesenyapan ini
kubagi
yang kutakut , hikayah itu tak sanggup tutupi kegalauanku ,
dan suatu hari ingin kubagi denganmu
tak ingin itu terjadi
kau tahu ?
baru kusadari cinta kita padanNya berbeda , walau sama – sama di nirwana
sungguh ! ! !
jangan kau rasakan kesenyapan ini ! ! !
sungguh ! ! !
apa jantungmu bertetak tak biasa ? ? ?
aku bersumpah
lebih takut cintaNya , daripada kehilangan cintamu
aku bersumpah ! ! !
kan kuhapus sosokmu dari relungku , karena cinta kita padaNya berbeda